Saturday, January 6, 2007

Fenomena Mencalit Label Sesat Atau Kafir

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya dan kami memohon pertolongan-Nya dan kami memohon keampunan-Nya, dan kami berlindung kepada Allah dari keburukan diri kami dan dari keburukan perbuatan kami. Sesiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tiadalah kesesatan baginya dan sesiapa yang disesatkan oleh Allah maka tiadalah petunjuk baginya. Kami bersaksi bahawa tiada tuhan kecuali Allah yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya dan kami bersaksi bahawa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya.

Kebelakangan ini saya dihujani beberapa artikel yang membuatkan saya merenung dan berfikir tentang bagaimanakah akhlaq sebenar yang Rasulullah SAW maksudkan,akhlaq yang sepatutnya ada dalam peribadi seorang yang bergelar mu'min.Sedang negara kita heboh dengan berbagai masalah antaranya masalah fitnah-mengfitnah dan tidak kurang juga kafir-mengkafir.Apa yang lebih menyedihkan ialah sifat sesetengah pihak yang suka sesat-menyesatkan para ulama'-ulama' muktabar yang secara tidak langsung berangkai dengan ulama' muktabar yang lain..Sememangnya iman itu tidak dapat diwarisi,tapi apa yang ingin dipertikaikan di sini ialah sikap kita a yang alpa dengan apa yang Quran dan Sunnah tuntut dalam menjadi garis panduan kehidupan seharian sehingga berani mennyebarkan "kesesatan"sesetengah pihak tanpa diketahui kesahihannya?Sesungguhnya Allah telahpun berfirman:-

إِذْ تَلَقَّوْنَهُ بِأَلْسِنَتِكُمْ وَتَقُولُونَ بِأَفْوَاهِكُم مَّا لَيْسَ لَكُم بِهِ عِلْمٌ وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّناً وَهُوَ عِندَ اللَّهِ عَظِيمٌ

"Iaitu semasa kamu bertanya atau menceritakan berita dusta itu dengan lidah kamu, dan memperkatakan dengan mulut kamu akan sesuatu yang kamu tidak mempunyai pengetahuan yang sah mengenainya dan kamu pula menyangkanya perkara kecil, pada hal ia pada sisi hukum Allah adalah perkara yang besar dosanya.”

[An-Nur:15]

Mereka menggunakan teknologi masa kini sebagai medan untuk menyebarkan fitnah,Hendaknya setiap muslim harus mengetahui jenis-jenis fitnah, agar ia dapat berjalan di atas ilmu dan keterangan yang nyata, dan hingga ia tidak terkicuh, terutama bagi para pemuda. Sebab jika Allah tidak memberinya akal yang cemerlang dan sikap santun serta pemahaman dan pengetahuan yang cukup mengenai fitnah ini, niscaya banyak di antara mereka yang terkicuh dengan tipu daya syaitan. Dengan mudah ia akan mengikuti setiap ajakan syaitan. Maka dari itu, kita harus menyebutkan beberapa bentuk dan beberapa jenis fitnah pada zaman sekarang ini. Sebagaimana yang dimaklumi bersama, bahawa juru fitnah (kesesatan) tidak terang-terangan mengajak orang kepadanya. Namun ia mengajak melalui corong-corongnya, para penyebar dan para penyeru kepadanya. Merekalah yang disebut sebagai da'i-da'i penyebar kesesatan.

Dengan berbagai tomahan dan kejian yang disangka baik itu golongan-golongan ini menyebarkan apa yang disangka baik pada mereka sedangkan ianya bertopengkan nasihat untuk memperdaya golongan-golongan jahil.

الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعاً

"Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya."
[Al-Kahfi 18:104]

Saya tergerak hati untuk meluahkan sekilas pandangan saya mengenai isu takfir ini yang telah menyelubungi beberapa pihak sehingga ia menjadi satu fenomena.Mereka yakni golongan ini mentakfirkan para ulama muktabar tanpa pengetahuan yang jelas dan hanya berdasarkan prasangka dan bukanya ilmu semata.Jawapan dari fenomena yang membuat dada terasa sesak ini sangat memerlukan perhatian untuk kembali kepada hadits:-


Ibnu 'Umar radhiyallahu `anhu berkata: Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bersabda:-

"Apabila seseorang menyeru kepada saudaranya: Wahai kafir, maka sungguh akan kembali sebutan kekafiran tersebut kepada salah seorang dari keduanya. Bila orang yang disebut kafir itu memang kafir adanya maka sebutan itu pantas untuknya, bila tidak maka sebutan kafir itu kembali kepada yang mengucapkan." (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 6104 dan Muslim no.60)


Abu Dzar radhiyallahu `anhu juga menuturkan hal yang sama dari Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam:

"Siapa yang menyeru kepada seseorang dengan sebutan kekafiran atau ia mengatakan: Wahai musuh Allah, sementara yang dituduhnya itu tidak demikian maka sebutan tersebut kembali kepadanya." (Shahih, HR. Muslim no. 61)


Kedua hadits tersebut merupakan peringatan keras untuk tidak menjatuhkan vonis kafir atau sesat terhadap seorang muslim (yang sudah sedemikian mudah dan murahnya kalimat ini di mulut sebagian orang) karena memang permasalahan kekafiran atau sesat dan keislaman hukumnya kembali kepada Allah Subhanahu wa ta'ala.


Dialah yang berhak menghukumi di antara hamba-Nya, siapa yang kafir dan siapa yang muslim. Sebagaimana penghalalan dan pengharaman juga berada dalam ketetapan-Nya. Siapa pun tidak diperkenankan menghalalkan apa yang Allah haramkan dan mengharamkan apa yang Allah halalkan.

Apa yang menyedihkan ialah apabila ulama'-ulama' muktabar dgn senang lenang setelah memerah keringat dalam memperjuangkan agama dianggap sesat dan sewenang-wenangnya dilabel golongan "wahabi" tanpa bukti yang kukuh.Wahhabiyyah memang sudah lama menjadi momokan di kalangan segelintir orang di negara ini. Sekadar memuntahkan kata-kata dalam majlis ceramah atau menyebarkan email-email untuk memomok dan menuduh orang lain sebagai sesat tidaklah memada, silalah tulis buku atau debat terbuka tanpa menghadkan masa. Iaitu debat cara Islam yang dikenali dengan adab al-bahth wal-munazarah.

Sikap dalam menghadapi segala berita yang tidak diketahui kesahihannya disebarkan dengan tanpa usul periksa adalah umpama seolah-olah tidak beriman atas firman Allah yang bermaksud:-

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَأٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْماً بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ


"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu." [Al-Hujurat49:6]


Apakah jika mengunakan unkapan "ulama muktabar"sudah cukup untuk dijadikan perisai untuk menyatakan kesesatan atau bukti yang menggugurkan islamnya sesuatu golongan itu?

قُلْ هَاتُواْ بُرْهَانَكُمْ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ

"Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar".
[Al-Baqarah 2:111]

Madzhab Ahlus Sunnah wal Jamaah dalam hal ini adalah madzhab yang pertengahan, tidak berlebih-lebihan dan tidak bermudah-mudahan terhadap penghukuman ahlul iman sebagaimana Khawarij dan yang sejalan dengannya yang berlebih-lebihan dalam mengkafirkan, atau sebagaimana Murjiah yang bermudah-mudahan menetapkan keimanan yang sempurna pada ahlul iman walaupun berbuat maksiat. Aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah dalam masalah ini dapat kita lihat dalam ucapan Al-Imam Ath-Thahawi rahimahullah berikut ini:

"Kita tidak mengkafirkan ahlul kiblat karena satu dosa yang diperbuatnya selama ia tidak menghalalkan perbuatan tersebut, dan kita tidak mengatakan perbuatan dosa itu tidak bermudharat terhadap keimanan. Kita berharap orang-orang yang berbuat baik dari kalangan mukminin agar Allah memaafkan mereka dan memasukkan mereka ke dalam jannah (surga) dengan rahmat-Nya, dan kita tidak merasa aman terhadap mereka dari makar Allah dan kita tidak mempersaksikan surga bagi mereka. Kita mintakan ampun terhadap kesalahan mereka dan kita takut mereka akan mendapat hukuman karena dosa mereka, namun kita tidak putus asa dari rahmat Allah terhadap mereka. Merasa aman dari makar Allah dan putus asa dari rahmat-Nya, keduanya akan memindahkan dari agama Islam sedangkan jalan yang haq berada di antara keduanya bagi ahlul kiblat."


(Al-'Aqidah Ath-Thahawiyyah Syarhun wa Ta'liq Al-Imam Al-Albani, hal. 60-62)

Kadang-kala kita senang melabel sesuatu pihak tanpa bukti dan dengan bangganya menyenaraikan atau menyebarkan "kesesatan" sesuatu golongan itu tanpa mengenal pasti melalui analisa dan penyemakan yang teliti kerana ia mungkin sifat terburu-buru boleh menyebatkan pendustaan atau fitnah berlaku walaupun ianya kecil.

Dalam hal ini jelas dapat kita lihat bahawa kita haruslah berhati-hati sebelum kita mencalit label sesat atau kafir atas seseorang mu'min atau golongan kerana tanpa bukti yang kukuh kecuali golongan yahudi dan nasrani yang sememangnya telah jelas tertulis di dalam Al-Quran.Kerana kesesatan itu bukan dinilai berdasarkan kaca mata manusia semata tetapi melalui pertimbangan Al-Quran dan As-Sunnah.

إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَن تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ


"Sesungguhnya orang-orang yang suka terhebah tuduhan-tuduhan yang buruk dalam kalangan orang-orang yang beriman, mereka akan beroleh azab seksa yang tidak terperi sakitnya di dunia dan di akhirat dan (ingatlah) Allah mengetahui (segala perkara) sedang kamu tidak mengetahui (yang demikian)."
[An-nur:19]

Wallahua'lam.


Ibn Yusof.
28 November 2006 /
7 Zulkaedah 1427
3.00 a.m

4 comments:

Seri Negara said...

mungkin golongan ini menantikan Nahrawan II...

Ibn Yusof said...

Apa tu Nahrawan II?Mungkin saudara boleh berkongsi dengan saya.

Seri Negara said...

Nahrawan adalah nama perang yg berlaku pada 38 Hijrah, selepas tamat Siffin. Perang Nahrawan berlaku antara Khalifah 'Ali ibn Abi Talib radiyallahu 'anhu dengan golongan Khawarij. 'Ali telah mengajar golongan ini secukupnya kerana pengkhianatan mereka dan pembunuhan yg mereka lakukan terhadap orang Islam lain. Kesemua mereka mati di Nahrawan melainkan 9 orang sahaja yg berjaya lari menyelamatkan diri. Jadi, saya nyatakan mungkin golongan Khawarij moden ini menantikan berulangnya sejarah Nahrawan...

Ibn Yusof said...

O..syukran atas penjelasan tentang perang nahrawan tersebur.selepas bertanya memang sy ada cari sedikit maklumat tentang nahrawan tu.ternampak dalam poster sejarah islam dalam bilik.ada perang nahrawan seperti yang dijelaskan.selepas perang nahrawan (660M) lah Saidina Ali dibunuh di Kufah pada (661M) bersamaan 40H.apa2pun syukran atas penjelasan saudara.